Sistem Produksi PT. Bogasari Flour Mills



  • Proses Pengolahan



                                       Related image

              Menurut Muchtadi (1989), proses pengolahan merupakan proses mengubah bentuk dari bahan baku menjadi bahan jadi atau produk yang memiliki sifat berbeda dari bahan aslinya yang bertujuan untuk memperpanjang masa simpan dan untuk menciptakan diversifikasi pangan. Proses pengolahan dibagi menjadi dua, yaitu proses produksi secara kontinyu dan proses produksi secara batch. Proses produksi tepung terigu di PT. ISM. Tbk. Bogasari Flour Mills Surabaya secara keseluruhan dapat dinyatakan bersifat kontinyu. Proses produksi secara kontinyu adalah proses produksi yang berlangsung secara terus-menerus. Proses pengolahan biji gandum menjadi tepung terigu terdiri dari beberapa tahap, yaitu tahap penerimaan biji gandum dari silo biji gandum, pembersihan biji gandum, penambahan air (conditioning), penggilingan biji gandum menjadi tepung terigu, pengepakan, dan penyimpanan. Diagram alir proses penggilingan biji gandum menjadi tepung terigu yang dilakukan oleh PT. ISM. Tbk. Bogasari Flour Mills Surabaya.

  1. Proses Pengolahan Biji Gandum Menjadi Tepung Terigu 
        Proses Pengolahan Biji Gandum Menjadi Tepung Terigu dibagi dalam dua tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap penggilingan (milling). Tahap persiapan adalah tahap mempersiapkan kondisi biji gandum sebelum digiling agar dicapai kualitas tepung yang ditetapkan oleh perusahaan dengan cara membersihkan biji gandum dari kotoran-kotoran serta pengkondisian biji gandum sebelum digiling. Proses pembersihan biji gandum ada beberapa tahap yaitu pre-cleaning, first cleaning, dan second cleaning. Tahap pengkondisian biji gandum sebelum digiling meliputi dampening dan conditioning. Proses persiapan dan penggilingan biji gandum menjadi tepung terigu berada di seksi milling yang dibagi menjadi empat bagian yang berbeda, yaitu miller AB, miller CD, miller EF, dan miller GH. Seksi milling dibagi menjadi 2 departemen: 

        a) milling 1 yang melingkupi miller GH, miller CD, dan milling support dan 

        b) milling 2 yang melingkupi miller AB, miller EF serta pelletizing.  

Biji gandum diimpor dan diangkut dengan menggunakan kapal milik PT. ISM. Tbk. Bogasari Flour Mills Surabaya. Biji gandum dari kapal pengangkut dibersihkan terlebih dahulu sebelum disimpan dalam silo biji gandum

         2. Pembongkaran Biji Gandum dari Kapal

          Jenis biji gandum yang digunakan oleh PT. ISM. Tbk. Bogasari Flour Mills Surabaya yaitu hard wheat, soft wheat, dan durum wheat. Perbedaan jenis hard wheat dari soft wheat terletak pada granula pati dan kandungan protein pada biji gandum. Granula pati pada jenis hard wheat berukuran lebih besar dan bergerigi sehingga dapat saling berkaitan kuat yang membuat kernel menjadi kuat dan susah untuk pecah sedangkan granula pati pada jenis soft wheat lebih kecil dan berbentuk bundar serta mudah sekali terpisah. Selain itu, jenis soft wheat memiliki kandungan protein lebih rendah daripada hard wheat (Wheat Foods Council, 2011). 

       Biji gandum yang diimpor dari Australia, Amerika Serikat, dan Kanada yang diangkut menggunakan kapal milik PT. ISM Tbk. Bogasari Flour Mills dan terkadang dengan menggunakan kapal sewa. PT. ISM Tbk. Bogasari Flour Mills memiliki 3 kapal. Kapal pengangkut memiliki sekitar 5-7 palka sebagai tempat penyimpanan biji gandum selama transportasi. Kapal yang akan datang akan diketahui oleh divisi maritim.

           Divisi maritim bertugas untuk membuat dan memberikan memo kepada divisi Jetty and Silo pada saat kapal pengangkut biji gandum akan datang. Divisi Jetty and Silo adalah divisi yang bertanggung jawab dalam Bagian Bongkar-muat. Divisi Bongkar-muat menjadi pelaksana pembongkaran biji gandum yang datang dan pengunggahan pellet dan tepung terigu untuk dimuat kapal untuk tujuan ekspor. Divisi Jetty and Silo membuat memo kepada Bagian Automation, Wheat silo, Line Maintenance, Laboratorium, sekuriti, dan kantin. Divisi Wheat Silo bertugas mempersiapkan silo untuk penyimpanan biji gandum yang datang/diterima. Kualitas biji gandum yang datang kemudian diperiksa oleh pihak laboratorium seperti sifat fisik, kadar air, dan protein biji gandum. Biji gandum yang telah sesuai standar kemudian disimpan di dalam silo biji gandum sehingga memerlukan persiapan mesin terlebih dahulu.

            Mesin yang dipersiapkan adalah timbangan, grain unloader, transfer line, aspiration system, dan separator. Mesin timbangan diperlukan untuk menimbang berat biji gandum yang disedot dari palka kapal. Di PT. ISM. Tbk. Bogasari Flour Mills Surabaya terdapat 3 jenis grain unloader, yaitu Hartmann I, Hartmann II, dan Neuero yang merupakan alat penghisap biji gandum dari palka kapal. Setiap grain unloader memiliki saringan dengan ukuran 20 cm, sehingga benda yang lebih besar dari ukuran tersebut tidak ikut terhisap. Satu unit mesin penghisap memiliki dua pipa yang masing-masing memiliki kapasitas penghisapan 300 ton/jam.

        Biji gandum yang telah dihisap bergerak melewati hopper, kemudian ditimbang dengan menggunakan weigher. Biji gandum selanjutnya melalui grain separator untuk memisahkan biji gandum dari impurities yang berukuran lebih besar dari 10 cm. Biji gandum diangkut dengan menggunakan belt conveyor menuju ke grain separator. Grain separator berfungsi untuk menghilangkan impurities yang lebih besar dari ukuran biji 31 gandum. Selama biji gandum melalui belt conveyor tahap penghilangan debu dilakukan dengan menggunakan air filter sehingga debu tidak bertebaran di sekitar area pabrik dan udara yang dikeluarkan tetap bersih.

             3. Penyimpanan Biji Gandum dalam Silo

          Penyimpanan biji gandum sebagai bahan baku pabrik dilakukan menggunakan silo biji gandum. Silo merupakan tempat menyimpan biji gandum maupun hasil produksi seperti pellet dan tepung yang berbentuk silinder dan mengerucut pada bagian bawah. Silo dipilih sebagai tempat penyimpanan biji gandum berdasarkan pada kemudahan perawatan dan pembersihannya. Sebelum silo digunakan untuk menyimpan biji gandum, silo yang kosong dibersihkan dari sarang kutu yang menempel pada dinding silo dengan cara di-fogging sehingga sisa biji gandum dari penyimpanan sebelumnya serta sarang kutu yang masih menempel pada dinding silo dapat jatuh ke bagian dasar silo yang disebut cones. Cones ini berbentuk kerucut, sebagai tempat pengeluaran biji gandum. Proses fogging menggunakan food grade pestiside sehingga aman untuk bahan pangan. Setelah pembersihan dinding silo, cones silo pun dibersihkan.

               Pembersihan cones masih perlu dilakukan mengingat sisa biji gandum dan sarang kutu pada saat pembersihan dinding silo yang jatuh ke area cones. Pembersihan cones dilakukan oleh satu orang yang masuk ke dalam silo melalui man hole yang berada di bagian bawah silo. Pembersihan dilakukan dengan menggunakan sapu panjang khusus untuk membersihkan cones silo dan untuk kotoran yang sulit dibersihkan dengan sapu, maka dibersihkan dengan menggunakan angin kompressor. Pekerja yang membersihkan cones silo harus menggunakan topi, masker, ear plug atau penutup telinga, dan pakaian serta sepatu dalam keadaan bersih dan sesuai standar agar tidak terjadi kontaminasi silang

                                       Image result for silo pt bogasari

            Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan pengisian biji gandum ke dalam silo, yaitu: 
1) satu silo tidak boleh diisi dengan dua atau lebih jenis biji gandum pada waktu pengisian dan penyimpanan yang sama, 
2) silo hanya boleh diisi jika telah dibersihkan sesuai dengan ketentuan, 
3) biji gandum dengan jenis yang sama namun tanggal kedatangan kapal pengangkut yang berbeda tidak boleh berada pada silo yang sama. 

               Biji gandum yang datang harus diperiksa terlebih dahulu oleh staf QC meliputi pemeriksaan kadar protein, air, dan abu; juga berat volume biji gandum tersebut. Biji gandum yang disimpan dalam silo sulit untuk diukur beratnya. Biji gandum dalam silo diukur beratnya dengan menggunakan metode sounding, yaitu dengan mengukur ketinggian biji gandum yang ada di dalam silo. Berat total biji gandum dalam silo dapat diketahui berdasarkan data tinggi timbunan biji gandum di dalam silo dan densitas kamba biji gandum. 
             Biji gandum yang diperlukan untuk proses milling akan dipindahkan ke dalam raw wheat bin. Proses pemindahan biji gandum dari wheat silo menuju raw wheat bin menggunakan chain conveyor. Lokasi raw wheat bin 33 berada di divisi milling. Proses pemindahan ini dilakukan oleh deputi silo berdasarkan permintaan bagian PPIC (Production Planning Inventory Control). Terdapat dua macam timbangan yaitu timbangan yang bersifat batch dan timbangan yang bersifat kontinyu. Timbangan yang bersifat kontinyu yaitu timbangan yang beroperasi dengan cara merekam laju alir masuknya bahan. Wheat silo menggunakan timbangan yang bersifat kontinyu dengan kapasitas angkut pada jalur conveyor terpasang sebesar 200 ton/jam. Namun, kapasitas angkut yang biasa digunakan hanya sekitar 75% dari kapasitas terpasang, yaitu 145-150 ton/jam agar umur simpan mesin menjadi lebih panjang. Biji gandum dari wheat silo yang dipindah menuju raw wheat bin juga sekaligus melalui tahap separasi dengan menggunakan drum separator, magnetic separator, dan filter. 

               4. Pembersihan Pendahuluan (Precleaning).

            Precleaning pada proses pengolahan biji gandum menjadi tepung adalah proses pembersihan awal biji gandum dari wheat silo sebelum masuk ke dalam raw wheat bin karena biji gandum belum sepenuhnya bersih dari impurities. Biji gandum dari wheat silo, yang merupakan tempat penyimpanan biji gandum, ditransfer dengan menggunakan chain conveyor menuju mill unit. Sebelum masuk ke dalam raw wheat bin, biji gandum dibersihkan dengan menggunakan precleaning separator. Precleaning separator berfungsi memisahkan impurities biji gandum berdasarkan ukuran. Biji gandum yang telah melalui precleaning separator masuk ke dalam raw wheat bin. Kapasitas pembersihan precleaning separator adalah 200 ton/jam. 

             Precleaning separator berbentuk seperti drum separator. Raw wheat bin memiliki flowmatic regulator yang berfungsi untuk mengatur laju pengeluaran masing-masing jenis biji gandum untuk mendapat campuran biji gandum sesuai dengan kadar protein tepung yang diharapkan. Proses ini 34 biasa disebut gristing. Metode pencampuran ini dilakukan dengan flowmatic regulator yang secara dengan mengatur dan membagi biji gandum sesuai dengan pengaturan yang dilakukan oleh operator, misalnya untuk membuat tepung “Cakra Kembar” dibutuhkan 50% biji gandum jenis “A”, 40% biji gandum jenis “B”, dan 10% biji gandum jenis “C”; kemudian laju pengeluaran biji gandum jenis “A” akan diatur oleh operator dengan cara mengatur flowmatic regulator pada raw wheat bin biji gandum jenis “A” agar biji gandum jenis “A” dikeluarkan sebesar 50% dari total berat biji gandum yang akan digunakan produksi tepung “Cakra Kembar”, begitu juga untuk biji gandum jenis “B” dan “C” agar menghasilkan tepung “Cakra Kembar” dengan kadar protein minimal 13%. Biji gandum yang telah dikeluarkan dari raw wheat bin kemudian dibawa dengan menggunakan bucket elevator dan screw conveyor menuju ke proses pembersihan pertama (first cleaning). Proses pencampuran terjadi pada saat biji gandum berada pada screw conveyor.

             5. Pembersihan Pertama (First Cleaning).

             Pembersihan pertama (first cleaning) yang dilakukan oleh PT. ISM. Tbk. Bogasari Flour Mills Surabaya mulai dari raw wheat bin hingga proses conditioning. Pembersihan pertama (first cleaning) terdiri dari pemisahan impurities berupa logam dengan menggunakan magnet separator, pemisahan impurities berdasarkan berat jenis dengan menggunakan ayakan separator, pemisahan berdasarkan bentuk dan ukuran dengan menggunakan indented cylinder separator, pemisahan impurities dengan menggunakan scourer dan terara clasifier (TRR), serta pemisahan dengan menggunakan dry stoner. Biji gandum dari raw wheat bin dibawa oleh bucket elevator dan screw conveyor menuju ke magnet separator untuk pemisahan impurities berupa logam. Bentuk magnet pada magnet separator adalah silinder. Cemaran logam menempel pada magnet yang ada di dalam 35 magnet separator. Biji gandum yang lolos dari magnet separator kemudian ditampung di dalam tempat penampungan sementara, yaitu hopper.

             Biji gandum yang berada di dalam hopper ditimbang dan ditransfer ke ayakan separator dengan menggunakan screw conveyor. Pada ayakan separator ini, biji gandum dipisahkan menjadi dua yaitu biji gandum berbobot jenis ringan dan berat. Biji gandum ringan masuk ke dalam indented cylinder separator dan biji gandum berat ke dalam dry stoner. Biji gandum yang berada dalam indented cylinder separator kemudian dipisah berdasarkan bentuk (bulat dan panjang) dan ukuran biji gandum sesuai dengan ketentuan standard produk dari perusahaan sehingga impurities berbobot jenis ringan terpisah dari biji gandum dan masuk ke dalam oval bin. Sementara itu, biji gandum baik masuk ke dalam scourer untuk pemisahan impurities seperti debu dengan menggunakan gesekan sehingga debu yang dihasilkan dapat dihisap oleh TRR. 

                TRR menghisap udara yang mengandung debu tersebut dan memisahkannya sehingga saat udara dilepaskan ke luar pabrik tetap bersih dan tidak tercemar debu. Biji gandum yang telah melewati scourer diangkut dengan bucket elevator menuju screw dampener 1. Biji gandum berbobot jenis besar yang keluar dari separator masuk ke dalam dry stoner untuk dipisahkan dari impurities seperti batu. Impurities yang diperoleh dari ayakan separator, indented disc separator, dan scourer kemudian masuk ke dalam oval bin. Impurities dari oval bin dihancurkan di dalam hammer mill yang kemudian diangkut menuju pelletizing section untuk diolah bersama by product lainnya. Impurities yang masuk ke dalam oval bin ialah impurities organik seperti biji-biji selain biji gandum. Biji gandum dari dry stoner dibawa ke screw dampener.

              6. Dampening dan Conditioning Biji Gandum.

              Biji gandum yang berada di dalam screw dampener 1 mengalami dampening. Dampening adalah proses penambahan air pada biji gandum agar menghasilkan kadar air sesuai dengan yang diinginkan (Bujanca, 2009). Biji gandum yang melewati screw dampener disemprot dengan air. Fungsi utama penambahan air adalah untuk melunakkan bran yang masih melekat pada biji gandum sehingga bran menjadi liat dan mudah dipisahkan dari endosperm. Jumlah air yang ditambahkan dapat dihitung secara matematis dengan menggunakan persamaan yang dapat dilihat pada Gambar 5.4. W adalah jumlah air yang ditambahkan (kg), M2 adalah kadar Impurities Impurities Raw Wheat Bin Magnet Separator Ayakan Separator Logam Indented Disc Separator Dry Stoner Scourer First Tempering Impurities Oval Bin 37 air yang diinginkan (%), M1 adalah kadar air biji gandum awal (%), dan Q adalah berat biji gandum (kg). 

            Tahap dampening yang dilakukan oleh PT. ISM. Tbk. Bogasari Flour Mills Surabaya sebanyak dua kali yaitu sebelum dan sesudah conditioning 1. Pada proses dampening 1, kadar air yang ingin dicapai ialah 15-16% sedangkan pada proses dampening 2 kadar air yang ingin dicapai ialah 16-16,8%. Proses conditioning pada miller GH dilakukan sebanyak 2 kali karena miller GH digunakan untuk menggiling biji gandum jenis hard wheat. Biji gandum hard wheat membutuhkan waktu yang lama untuk penetrasi air, selain itu jumlah air yang diserap juga bergantung pada kandungan protein. Biji gandum jenis hard wheat memiliki kandungan protein yang tinggi, semakin tinggi protein tepung maka daya serap air semakin tinggi (Wheat Foods Council, 2011; Murtini et al., 2005).

                  Dampening pada biji gandum dilakukan di dalam alat yaitu screw dampener. Pengukuran jumlah air untuk dampening di PT. ISM. Tbk. Bogasari Flour Mills Surabaya dilakukan dengan bantuan alat water meter atau flow meter. Water meter adalah alat yang dapat mendeteksi laju aliran dan jumlah biji gandum kemudian mengatur jumlah air yang ditambahkan. Biji gandum mengalir melalui screw dampener yang berfungsi untuk menyemprotkan air dan mengaduk biji gandum sehingga mempercepat peresapan air ke dalam biji gandum. Pada alat screw dampener terdapat screw yang bergerak berputar sehingga biji gandum ikut berputar mengikuti screw sehingga terjadi pengadukan, kemudian di dalam alat screw dampener terdapat penyemprot air.

                   Faktor yang mempengaruhi jumlah air yang ditambahkan saat tahap dampening diuraikan di bawah ini. 

a) Jenis biji gandum Jenis biji gandum mempengaruhi jumlah air yang ditambahkan. Jenis hard wheat memiliki tekstur kernel yang keras dan juga memiliki kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan soft wheat sehingga membutuhkan air lebih banyak. 
b) Kadar air awal biji gandum Kadar air rata-rata biji gandum biasanya berkisar antara 9-10,5%. Kadar air awal yang berbeda mengakibatkan jumlah air yang dibutuhkan juga berbeda meskipun jenis biji gandum sama. 
c) Kondisi Iklim Kondisi iklim menentukan penambahan air pada biji gandum terkait dengan kadar air awal biji gandum. Saat iklim kemarau, kadar air biji gandum umumnya lebih rendah sehingga penambahan air ditingkatkan sebanyak 1-1,5%. 

Penambahan air untuk jenis hard wheat pada saat dampening 1 sebesar 2/3 dari penambahan air total, sedangkan penambahan air saat dampening 2 adalah sebesar 1/3 dari penambahan air total.

                Setelah dilakukan proses dampening 1, biji gandum diangkut menuju tempering bin 1 untuk proses conditioning dengan menggunakan screw conveyor. Conditioning pada tempering bin 1 menggunakan sistem kontinyu dengan laju biji gandum keluar sebesar 40 ton/jam. Waktu yang digunakan untuk conditioning pada tempering bin 1 adalah 70% dari total conditioning time. Biji gandum dari tempering bin 1 menuju screw dampener 2 diangkut dengan menggunakan screw conveyor. Saat biji gandum berada dalam screw dampener 2, biji gandum disemprot dengan air. Setelah itu biji gandum dibawa menuju tempering bin 2 untuk proses conditioning 2 dengan waktu conditioning yaitu 30% dari total conditioning time. Biji gandum yang keluar dari tempering bin 2 diharapkan sudah mencapai kadar air sekitar 16,8%. Berikut waktu yang dibutuhkan untuk beberapa jenis biji gandum, yaitu: 
a) hard wheat : 18-36 jam 
b) soft wheat : 8-18 jam

             7. Pembersihan Kedua (Second Cleaning).

                 Proses pembersihan kedua (second cleaning) dilakukan setelah proses conditioning selesai. Second cleaning meliputi tahap pemisahan impurities dengan menggunakan scourer dan TRR. Scourer berfungsi untuk membersihkan debu yang masih menempel pada biji gandum dengan menggunakan prinsip gesekan dan penghisapan udara pada scourer oleh TRR. Udara yang disedot oleh TRR dibersihkan dari debu sehingga pada saat udara dilepaskan ke luar, tidak mencemari lingkungan. Hasil dari pembersihan kedua adalah biji gandum dengan kadar air tepat yang telah bersih dari impurities yang siap untuk digiling dengan menggunakan break roll.

              8. Milling

           Milling adalah proses pemisahan biji gandum menjadi bagianbagian seperti endosperm, sekam, dan germ serta mengecilkan ukuran endosperm. Sistem penggilingan yang dilakukan di PT. ISM. Tbk. Bogasari Flour Mills Surabaya adalah sistem pemecahan bertahap. Proses milling dibagi menjadi tiga tahap proses yaitu breaking process, purification process, dan reduction process. Breaking process adalah proses pemecahan biji gandum. Purification process adalah proses memurnikan endosperm dari bran yang masih menempel sehingga endosperm benar-benar bersih dari bran. Reduction process adalah proses mereduksi ukuran partikel endosperm menjadi tepung. 

           Breaking process berlangsung saat biji gandum yang telah melalui proses conditioning digiling dengan menggunakan break roll sehingga dihasilkan partikel endosperm yang telah terpecah-pecah dan terpisah dari bran, pollard, dan germ. Bran adalah bagian kulit biji gandum. Pollard adalah bagian gandum yang terletak lebih dekat dengan endosperm. Germ merupakan bagian lembaga biji gandum. Bran, pollard, dan germ ditransfer menuju ke pelletizing section untuk diolah menjadi pellet. Break roll dilengkapi dengan dua buah rol baja bergerigi yang berputar berlawanan arah dan dapat diatur ukuran celah di antara kedua rol tersebut sehingga biji gandum dapat pecah menjadi ukuran yang lebih kecil. Break roll ini berfungsi untuk memecah biji gandum sehingga pecahan partikel endosperm terpisah dari kulit biji gandum (bran). Rol yang termasuk golongan ini adalah roll dengan kode B1 sampai B5. 

            Biji gandum yang masuk ke dalam break roll terpecah-pecah menjadi beberapa bagian sebagai berikut: 
a) coarse semolina : 566 – 1180 µm, 
b) fine semolina : 400 – 566 µm, 
c) coarse middling : 280 – 400 µm, dan 
d) fine middling : < 180 – 280 µm 
Partikel biji gandum setelah keluar dari break roll dibawa ke sifter menggunakan pneumatic conveyor.

            Partikel biji gandum yang berada di sifter diayak dan didistribusikan ke reduction roll berdasarkan ukuran pecahan partikel endosperm setelah melalui break roll untuk mengalami proses reduksi lebih lanjut agar memenuhi ukuran partikel tepung yang ditetapkan oleh perusahaan. 

Reduction process meliputi: 
1)  sizing process, yaitu mereduksi semolina menjadi middling dan tepung; 
2)  middling process, yaitu mereduksi middling menjadi tepung; dan 
3) tailing process, yaitu mereduksi middling yang bercampur dengan bran menjadi tepung dan memisahkan germ dengan cara menekan germ menjadi flat. Germ yang berbentuk flat dipisahkan pada saat tepung melalui sifter. 

                Reduction roll berfungsi untuk menggiling butir-butir partikel endosperm yang masih kasar menjadi ukuran yang lebih halus hingga menjadi tepung. Rol yang termasuk golongan ini adalah rol dengan kode C1 sampai C11. 

             Partikel biji gandum dari reduction roll dibawa menuju sifter untuk proses sifting dengan pneumatic conveyor. Proses penggilingan dan  pengayakan dengan sifter ini dilakukan secara terus-menerus agar memastikan kandungan endosperm yang diambil dari biji gandum benarbenar optimal, yaitu sekitar 77% dari 102% berat biji gandum awal. 102% biji gandum terdiri dari 77% yang dijadikan tepung, 14% bran, 2% Industrial Flour, dan 9% pollard. Pada saat biji gandum dipecah oleh break roll, endosperm terpecah menjadi beberapa bagian antara lain middling. Partikel kategori middling yang telah mengalami proses reduksi dari semolina kemudian masuk ke dalam mesin bran finisher untuk memisahkan endosperm yang masih melekat pada bran. Hasil dari pemisahan dengan menggunakan bran finisher adalah tepung dan sedikit partikel endosperm yang sangat sulit dipisahkan dari bran.

                Partikel endosperm yang sangat sulit dipisahkan dari bran pada tahap bran finisher masuk ke dalam vibro finisher. Hasil dari vibro finisher adalah tepung dan bran yang telah bersih dari bran. Tepung-tepung yang dihasilkan dari tahap sifting, bran finishing, dan vibro finishing masuk ke dalam purifier untuk memastikan sudah benar-benar tidak ada bran yang masih menempel pada endosperm. Tepung kemudian diayak dengan sifter dan kemudian dibawa menuju fortifier dengan menggunakan screw conveyor. Tepung-tepung yang berada di dalam fortifier dicampur dengan zat aditif berupa zat besi, zinc, asam folat, vitamin B1, dan vitamin B2. Tepung-tepung tersebut kemudian dibawa menuju rebolter yang bertujuan untuk mengayak kembali tepung yang sudah halus dan memastikan tidak ada cemaran karena rebolter merupakan pengaman terakhir tepung sebelum menuju ke divisi packing untuk di-packing. Prinsip rebolter sama dengan sifter yaitu mengayak tepung dengan menggunakan ayakan ukuran 250 μm.

             Tepung yang telah melalui rebolter dimasukkan ke dalam entoleter yang berfungsi untuk membunuh telur kutu dengan gaya sentrifugal. Kecepatan entoleter adalah 3.000 rpm. Tepung kemudian ditransfer menuju flour silo dengan menggunakan blower untuk dikemas. Hasil dari proses penggilingan sampingan seperti bran, pollard dan germ diproses menjadi by product bersama dengan impurities lainnya yang berasal dari oval bin.



  • PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN 
              Pengemasan dan penyimpanan merupakan tahap akhir dari proses pengolahan biji gandum menjadi tepung terigu sebelum didistribusikan kepada konsumen. Proses ini berperan penting dalam menjaga dan mempertahankan kualitas produk, melindungi produk dari kontaminasi, serta mempermudah proses distribusi. PT. ISM. Tbk. Bogasari Flour Mills Surabaya, memiliki beberapa jenis bahan pengemas dan metode pengemasan yang disesuaikan dengan sifat bahan yang akan dikemas atau disimpan. Produk yang dikemas oleh PT. ISM. Tbk. Bogasari Flour Mills Surabaya terdiri dari produk utama yaitu tepung terigu dan produk sampingan yaitu germ, fine bran, bran, pollard, industrial flour,dan pellet.

                 1. Pengemasan

            Pengemasan bahan pangan bertujuan untuk melindungi bahan pangan dari benturan, kerusakan mekanis, fisik, kimia dan mikrobiologis selama pengangkutan, penyimpanan, dan pemasaran (Sacharow dan Griffin, 1980). Pengemasan juga berfungsi untuk menambah estetika produk dan meningkatkan daya tarik konsumen.

                2. Pengemasan Tepung Terigu

               Tepung terigu yang diperoleh dari hasil penggilingan miller A hingga H dihembus oleh blower menuju bagian pengemasan. Tepung terigu yang dihembus melewati cyclone, yang berfungsi untuk menghisap udara sehingga terigu dapat terpisahkan dari udara. Udara dari cyclone dibawa menuju sistem aspirasi (aspiration system). Terigu yang sudah dipisahkan dari udara kemudian dibawa oleh chain conveyor menuju silo tepung. Silo tepung dilengkapi dengan slide gate yang berfungsi untuk mengatur jenis dan jumlah tepung terigu yang akan disimpan pada silo tepung.

              Silo tepung merupakan tempat penyimpanan sementara tepung sebelum dikemas. Silo tepung memiliki ketinggian 16 m dan diameter 6 m yang terbuat dari beton dengan ketebalan 15-20 cm dan pada bagian cones terbuat dari metal. Pengisian tepung ke dalam silo dibatasi hingga ketinggian 14 m. Pada bagian atas silo terdapat high level sensor yang akan menyala jika silo telah terisi penuh, sedangkan pada bagian bawah terdapat low level sensor yang akan menyala ketika silo kosong. Pengemasan terigu yang dilakukan oleh PT. ISM. Tbk. Bogasari Flour Mills Surabaya dibagi menjadi empat bagian yaitu flour packing (kemasan karung 25 kg), consumer pack (1 kg dan 500 g), bulk packing (curah), dan mixed flour.

              3. Pengemasan By Product

                 Produk hasil samping dari proses penggilingan gandum dikemas oleh bagian BPP. Produk hasil samping tersebut terdiri dari germ, fine bran, bran, pollard, industrial flour, dan pellet. Germ adalah bagian lembaga pada biji gandum. Bran merupakan bagian kulit terluar biji gandum. Pollard adalah bagian biji gandum yang terletak dekat dengan endosperm. Industrial flour dihasilkan dari reduction process namun tepung yang dihasilkan berwarna coklat karena kandungan mineral yang tinggi. Reduction process adalah proses mereduksi ukuran partikel endosperm menjadi tepung. Reduction process terdiri dari sizing process, middling process, dan tailing process seperti yang dijelaskan di bab sebelumnya. Industrial flour ini dihasilkan di middling process pada reduction process.

                Industrial flour atau tepung industri ini non food dan digunakan sebagai bahan dasar lem dalam pembuatan kayu industri dan bahan campuran pellet. Pellet merupakan produk yang terbuat dari campuran pollard dan bran. Bran dan pollard dari hasil milling diangkut menggunakan chain conveyor, bucket elevator, dan screw conveyor menuju hopper pada bagian BPP. Setelah melalui hopper bran dan pollard ditimbang dan keluar dari lubang carousel untuk dikemas ke dalam karung. Sisa bran dan pollard yang tidak dapat ditampung hopper diangkut chain conveyor masuk ke dalam silo di bagian pelletizing sebagai bahan baku pellet.

                  Mesin carousel yang digunakan untuk mengemas sebanyak tiga unit akan tetapi yang aktif digunakan hanya dua saja sedangkan yang satu dijadikan sebagai cadangan untuk antisipasi jika ada mesin carousel yang rusak. Sistem kerja packer sama dengan sistem kerja packer pada kemasan 25 kg tetapi terdapat perbedaan jumlah pekerja yaitu tiga orang, 1 orang mengisi by product ke dalam karung, 1 orang bertugas menjahit kemasan dan 1 orang standby. Rotasi tugas diakukan setiap satu jam sekali. 

               Industrial flour dari semua miller ditampung pada silo yang terdapat pada miller A dan B. Industrial flour dari miller A dan B diangkut menggunakan screw conveyor, bucket elevator, dan dihembus menggunakan blower masuk ke dalam hopper pada bagian BPP. Industrial flour dari hopper masuk ke mesin pengemas yang mempunyai kapasitas 500 kg/jam. Industrial flour yang telah dikemas, selanjutnya dijahit dan dibawa ke gudang penyimpanan. Berikut merupakan beberapa produk yang dikemas oleh bagian BPP. 
1. Cap Angsa Merek 
    untuk pollard 50 kg yang berfungsi untuk pakan ternak sapi, babi, ayam, bebek, dan kuda.
2. Cap Kepala Kuda Merek 
  untuk bran 50 kg yang berfungsi untuk pakan ternak sapi dan kuda pacuan yang dapat menjadi sumber tambahan protein dan serat. 
3. Cap Anggrek Merek 
   untuk industrial flour 25 kg yang berfungsi sebagai bahan perekat kayu lapis. Industrial flour adalah tepung non pangan yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan lem untuk kayu lapis. 
4. Cap Arwana Merek 
    untuk industrial flour 50 kg yang berfungsi sebagai bahan pencampur pada industri-industri pakan ternak. 
5. Cap Kepala Sapi Merek 
    untuk wheat bran pellet yaitu pellet yang hanya terbuat dari bran saja. Produk ini biasanya dijual dalam kemasan untuk pesanan dari Jakarta saja sedangkan untuk pesanan di Surabaya dijual curah. Produk ini berfungsi sebagai bahan baku pabrik dan pakan ternak. 
6. Fine bran 
   Fine bran tidak memiliki merek khusus yang dikemas dengan berat 50 kg. Produk ini ditujukan untuk industri-industri pangan yang berfungsi sebagai penambah serat misalnya dalam pembuatan roti. 
7. Germ 
   Germ tidak memiliki merek khusus yang dikemas dengan berat 50 kg. Germ biasanya digunakan sebagai pakan udang. 

          4. Penyimpanan

              Penyimpanan merupakan kelanjutan dari proses pengemasan sebelum produk didistribusikan kepada konsumen. Proses ini harus dilakukan dengan baik agar dapat menghindarkan, mengurangi atau menghilangkan faktor-faktor penyebab penurunan nilai komoditas yang disimpan (Soesarsono, 1988). 

             PT. ISM. Tbk. Bogasari Flour Mills Surabaya melakukan penyimpanan pada gudang dan silo. Sistem penggudangan yang digunakan adalah FIFO (First In First Out), artinya produk yang masuk terlebih dahulu akan dikeluarkan terlebih dahulu. Setiap produk yang masuk gudang dicatat tanggal masuknya untuk memudahkan pengaturan pengeluaran produk dari gudang. Pada atap gudang tempat penyimpanan terdapat ventilator untuk mengatur sirkulasi udara. 

          Produk yang disimpan pada gudang adalah tepung terigu, bran, pollard, industrial flour, dan mixed flour sedangkan yang disimpan pada silo adalah pellet. Penataan produk dalam gudang dilengkapi dengan palet yang terbuat dari kayu dan plastik. Penataan terigu 25 kg dalam setiap palet adalah 50 pack untuk kemasan karung PP sedangkan untuk kemasan calico sebanyak 70 pack. Palet-palet tersebut ditumpuk dalam gudang dengan jumlah tumpukan maksimum sebanyak 5 tumpukan. Penataan untuk mixed flour dalam satu palet, adalah 32 pack untuk kemasan paper bag 25 kg sedangkan kemasan karung PP 25 kg berisi 50 pack. 

            Penataan bran, pollard, dan industrial flour sama dengan penataan tepung terigu kemasan 25 kg tetapi isi setiap palet untuk masing-masing merek dari by product berbeda. Berikut adalah perincian jumlah pack tiap palet untuk masing-masing merek by product: 
1. pollard Cap Angsa kemasan 50 kg : 1 palet berisi 15 pack 
2. bran Cap Kepala Kuda kemasan 50 kg : 1 palet berisi 10 pack 
3. industrial flour Cap Anggrek kemasan 25 kg : 1 palet berisi 50 pack 
4. industrial flour Cap Arwana kemasan 50 kg : 1 palet berisi 15 pack 

         Pellet dibawa oleh chain conveyor dari bagian pelletizing menuju timbangan, dinaikkan menggunakan bucket elevator dan masuk ke sifter untuk diayak. Pellet yang kurang baik dipress kembali pada bagian pelletizing, sedangkan pellet yang baik diangkut oleh chain conveyor dan belt conveyor masuk ke silo pellet. PT. ISM. Tbk. Bogasari Flour Mills Surabaya mempunyai 60 buah silo pellet dengan kapasitas 1.000 ton/silo. Silo pellet terbuat dari beton dengan ketinggian 43 m dan diameter 7 m. 

            Sistem penyimpanan pellet dilakukan secara curah di dalam silo dengan beberapa keuntungan sebagai berikut: 
1. meningkatkan efisiensi tempat penyimpanan karena pellet dapat langsung disimpan dalam jumlah banyak di dalam silo, 
2. pengontrolan penyimpanan dan pengeluaran pellet dilakukan secara otomatis melalui ruang kontrol (Central Control Room), 
3. mengurangi kemungkinan pellet tercecer karena dikontrol secara otomatis baik saat disimpan dalam silo maupun saat dipindahkan ke dalam kapal atau truk, dan 
4. dapat mengurangi biaya produksi karena jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan lebih sedikit serta tidak membutuhkan kemasan.




Sumber Referensi 

http://repository.wima.ac.id/12624/15/BAB%2014.pdf (diakses pada tanggal 15/11/2018, 21.00 WIB)

Komentar